Selasa, 20 Oktober 2015

Hubungan perkembangan dengan proses belajar

Berbagi Pengetahuan & Pengalaman Yang membedakan diantara manusia hanyalah tingkat pengetahuan & pengalamannya ..... ▼ Sabtu, 06 September 2014 Psikologi Pendidikan I Proses Perkembangan dan Hubungannya dengan Proses Belajar I Definisi Perkembangan I Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Proses Perkembangan dan Hubungannya dengan Proses Belajar Definisi dan Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Pada bagian ini akan penyusun uraikan batasan perkembangan manusia yang meliputi dimensi (cakupan dan ukuran) rohaniah dan jasmaniah. Seusai menguraikan definisi perkembangan, penyusun, akan ungkapkan pula faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan. Faktor-faktor ini mungkin berdampak posistif dan mungkin juga berdampak negative baik bagi perkembangan yang berdimensi psikologis maupun yang berdimensi biologis. Definisi Perkembangan Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis, tetapi juga aspek biologis. Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan a stage of development (McLeod, 1989). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata “berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret (perhatikan kata-kata yang dicetak miring di atas). Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Pinguin Dictionary of Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut. Selanjutnya, Dictionary of Psychology di atas secara lebih luas merinci pengertian perkembangan manusia sebagai berikut. 1. The progressive and continous change in the organism from birth to death, perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus menerus dalam diri organisme sejak lahir hingga mati. 2. Growth, perkembangan itu berarti pertumbuhan . 3. Change in the shape and integration of bodily parts into functional parts, perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang bersifat jasmaniah ke dalam bagian-bagian yang fungsional. 4. Maturation or the appearance of fundamental pattern of unlearned behavior, perkembangan itu adalah kematangan atau kemunculan pola-pola dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar. Berdasarkan uraian-uraian di atas, penyusun menyimpulkan perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Namun, perlu pula penyusun kemukakan bahwa sebagian orang menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari pertumbuhan. Menurut mereka, berkembangan itu tidak sama dengan tumbuh, begitu pun sebaliknya. Pertumbuhan berarti perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas yang bersifat konkret. Perubahan seperti ini dimanifestasikan misalnya dalam peristiwa pembesaran atau penambahan seperti: dari kecil menjadi besar, dari pendek menjadi panjang, dari sempit menjadi luas, dan lain-lain perubahan material yang bersifat biologis. Dengan kata lain, pertumbuhan berarti kenaikan dan penambahan ukuran yang berangsur-angsur seperti badan yang menjadi besar dan tegap, juga kaki dan tangan yang semakin panjang. Adapun perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sedangkan pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisi (maturation). Artinya orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan. Akan tetapi, bagaimana halnya dengan pertumbuhan kuku dan rambut yang secara periodik kita potong ini? Bagaimana pula halnya dengan pertumbuhan sel-sel baru yang menggantikan sel-sel tua dan rusak dalam tubuh kta itu? Selanjutnya, persoalan mana yang lebih tepat antara kedua pendapat aliran di atas akan lebih baik kita jawab setelah mendalami literatur-literatur yang berkenaan dengan hal ini. Namun, istilah perkembangan dalam arti yang menyeluruh seperti terurai di muka akan lebih sering penyusun pakai dalam pembahasan selanjutnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan lebih dominannya penggunaan kata perkembangan (dalam arti psiko-fisik) itu dalam buku dan jurnal yang berhubungan dengan psikologi pendidikan. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut: 1) proses pematangan khususnya pematangan fungsi kognitif; 2) proses belajar; 3) pembawaan atau bakat. Ketiga hal ini berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai peserta didik kita. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seorang siswa dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang “menjanjikan” seperti ini sebenarnya belum tentu terwujud karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita bahagianya. Adapun mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi siswa tidak sama. Untuk lebih jelasnya berikut penyusun paparkan aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa. Aliran Nativisme Nativisme (nativism) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ini ditentukan oleh pemabawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut “pesimisme pedagogis”. Sebagai contoh, jika sepasang orangtua ahli musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan dan bakat orangtua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anak-anaknya. Benarkah postulat (anggapan dasar) ini dapat terus bertahan? Ambillah contoh, sepasang suami-istri yang memiliki keistimewaan di bidang politik, tentu anaknya menjadi politikus pula. Namun, apabila lingkungan, khususnya lingkungan pendidikannya tidak menunjang, misalnya karena ia memasuki sekolah pertanian, sudah tentu ia tak akan pernah menjadi politisi tetapi petani. Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh di kalangan beberapa orang ahli, tetapi sudah tidak semutlak dulu lagi. Di antara ahli yang dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli linguistic yang sangat terkenal hingga saat ini. Chomsky menganggap bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya “biological predisposition” (kecenderungan biologis) yang dibawa sejak lahir. Namun demikian, Chomsky tidak menafikan sama sekali peranan belajar dan pengalaman berbahasa, juga lingkungan. Baginya, semua ini ada pengaruhnya, tetapi pengaruh pembawaan bertata bahasa jauh lebih besar lagi bagi perkembangan bahasa manusia (Bruno, 1987) Aliran Empirisisme Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisisme (empiricism) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empiricism” (aliran empirisisme Inggris). Namun aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Reber, 1988). Doktrin aliran empirisisme yang amat masyhur adalah “tabula rasa”. Sebuah istilah bahasa Latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisisme (bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya. Jika seorang siswa memeroleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orangtuanya pemusik sejati. Memang amat sukar dimungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga (bukan bakat pembawaan dari keluarga) dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang siswa. Kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti mesjid, sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Anak-anak di lingkungan seperti ini memang tak punya cukup alasan untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orangtuanya kurang atau tidak berpendidikan. Faktor orangtua atau keluarga terutama sifat dan keadaan mereka sangat menentukan arah perkembangan masa depan para siswa yang mereka lahirkan. Sifat orangtua (parental trait) yang penyusun maksud ialah gaya khas dalam bersikap, memandang, memikirkan, dan memperlakukan anak. Contoh: kelahiran bayi yang tidak dikehendaki (misalnya akibat pergaulan bebas) akan menimbulkan sikap dan perlakuan orang tua yang bersifat menolak (parental rejection). Sebaliknya, sikap orangtua yang terlalu melindungi anak juga dapat mengganggu perkembangan anak. Perilaku memanjakan anak secara berlebihan ini, menurut hasil penelitian Chazen, et. al (1983) ternyata berhubungan erat dengan penyimpangan perilaku dan ketidakmampuan sosial anak pada kemudian hari. Namun demikian, perlu pula penyusun kemukakan, sebuah ironi faktual, yakni di antara para siswa yang dijuluki nakal dan brutal khususnya di kota-kota ternyata cukup banyak yang muncul dari kalangan keluarga berada, terpelajar, dan bahkan taat beragama. Sebaliknya, tidak sedikit anak pintar dan berakhlak baik yang lahir dari keluarga bodoh dan miskin atau bahkan dari keluarga yang tidak harmonis di samping bodoh dan miskin. Jadi, sejauh manakah validitas doktrin emprisisme yang telah memunculkan “optimism pedagogis” itu dapat bertahan? Aliran Konvergensi Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman. Aliran filsafat yang dipeloporinya disebut “personalisme”, sebuah pemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan manusia. Di antara disiplin ilmu yang menggunakan asas personalisme adalah “personologi” yang mengembangkan teori yang komprehensif (luas dan lengkap) mengenai kepribadian manusia (Reber, 1988). Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman juga tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bakat pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan. Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri atau kiai, umpamanya, kelak ia akan menjadi ahli agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan. Untuk lebih konkretnya, marilah kita ambil sebuah contoh lagi. Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup di lingkungan masyarakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara dan tinggal bersama hewan, maka bakat berdiri yang ia miliki secara turun-temurun dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok srigala, tentu ia akan berjalan di atas kedua kaki dan tangannya. Dia akan merangkak seperti srigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkungan atau pengalaman tidak mengembangkannya. Sampai sejauh manakah pengaruh pembawaan jika dibandingkan dengan lingkungan terhadap perkembangan masa depan seseorang? Jawabannya mungkin berbeda antara orang per orang. Sebagian orang mungkin lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungannya. Namun, dalam hal pembawaan yang bersifat jasmaniah hampir dapat dipastikan bahwa semua orang sama, yakni akan berbentuk badan, berambut, dan bermata sama dengan kedua orangtuanya. Sebagian contoh, anak-anak keturunan Barat umumya berambut pirang, berkulit putih, bermata biru, dan berperawakan tinggi besar, karena memang warisan orangtua dan nenek moyangnya demikian. Akan tetapi, dalam hal pembawaan yang bersifat rohaniah sangat sulit kita kenali. Banyak orang yang ahli di bidang “X” tetapi anaknya ahli di bidang “Y”. Anak ini sudah diusahakan agar mempelajari bidang ”X” supaya sama dengan orangtuanya, tetapi ia menolak dan menunjukkan kecenderungan bakat “Y”. Ternyata setelah mengikuti pengajaran bidang “Y”, anak yang berasal dari keturunan yang ahli di bidang “X” itu benar-benar ahli di bidang “Y” bukan bidang “X”. Apakah anak tersebut telah menyalahi bakat dan pembawaan keturunannya? Banyak bukti yang menunjukkan, bahwa watak dan bakat seseorang yang tidak sama dengan orangtuanya itu, setelah ditelusuri ternyata watak dan bakat orang tersebut sama dengan kakek atau ayah/ibu kakeknya. Dengan demikian, tidak semua bakat dan watak seseorang dapat diturunkan langsung kepada anak-anaknya, tetapi mungkin kepada cucunya atau anak-anak cucunya. Alhasil, bakat dan watak dapat tersembunyi sampai beberapa generasi. Apakah aliran konvergensi sebagaimana tersebut di atas dapat kita jadikan pedoman dalam arti bahwa perkembangan seorang siswa pasti bergantung pada pembawaan dan lingkungan pendidikannya? Sampai batas tertentu aliran ini dapat kita terima, tetapi tidak secara mutlak sebab masih ada satu hal lagi yang perlu kita ingat yakni potensi psikologis tertentu yang juga tersimpan rapi dalam diri setiap sisiwa dan sulit diidentifikasi. Hasil proses perkembangan seorang siswa taka dapat dijelaskan hanya dengan mnyebutkan pembawaan dan lingkungan. Artinya, keberhasilan seorang siswa bukan karena pembawaan dan lingkungan saja, karena siswa tersebut tidak hanya dikembangkan oleh pembawaan dan lingkungannya tetapi juga oleh diri siswa itu sendiri. Setiap orang, termasuk siswa tersebut, memiliki potensi self-direction dan self-discipline yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara mengikuti atau menolak sesuatu (aturan atau stimulus) lingkungan tertentu yang hendak mengembangkan dirinya. Alhasil, siswa itu sendiri memiliki potensi psikologis tersendiri untuk mengembangkan bakat dan pembawaannya dalam konteks lingkungan tertentu. Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan proses perkembangan di atas, penyusun pandangan bahwa faktor yang memengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam: 1. Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri; 2. Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya. Sumber : Buku Psikologi Pendidikan, Muhibbin Syah. Dakhlan Ainun Nasir at 19.12 Berbagi Tidak ada komentar: Poskan Komentar ‹ › Beranda Lihat versi web Mengenai Saya Dakhlan Ainun Nasir Lihat profil lengkapku Diberdayakan oleh Blogger.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar